Wikipedia

Hasil penelusuran

Senin, 21 Desember 2015

STANDARISASI LARUTAN NaOH 0,1 M DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENENTUAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa). Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa (Shochichah, 2010).
Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bila pH pada titik ekiuvalen antara 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah jika pentitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 10. Selama titrasi asam-basa , pH larutan berubah secara khas, pH berubah secara dratis bila volume titrasinya mencapai titik ekivalen (Purba, 1995).
Analisa titrimetri atau analisa volumetrik adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif. Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas). Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indikator yang digunakan adalah indikator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH. Titik ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa (Soma, 2004).
Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan larutan standar misalnya arsen trioksida pada pembakuan larutan iodium. Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer, dan kemudian digunakan untuk membakukan larutan standar, misalnya larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium. Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titran (Sutresna, 2003).
Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat dan menetapkan kadar asam cuka perdagangan.

TINJAUAN PUSTAKA
Kesetimbangan asam basa sebagai dasar metode asidimetri-alkalimetri merupakan topik yang sangat penting dalam kimia maupun bidang pertanian, biologi, dan obat-obatan. Titrasi asam basa merupakan teknik yang sangat banyak digunakan untuk menetapkan secara tepat konsentrasi asam atau basa dari suatu larutan, sebagai informasi yang banyak dibutuhkan. Titrasi adalah pengukuran volume suatu larutan dari suatu reaktan yang dibutuhakn untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah tertentu lainnya. Dalam titrasi asam basa, jumlah relatif asam dan basa yang diperlukan untuk mencapai titik ekuivalen ditentukan oleh perbandingan mol asam (H+) dan basa (OH-) yang bereaksi. Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3COOH atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman (Selamat, 2002).
Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan sebagai larutan baku primer adalah H2C2O4. 2H2O (asam oksalat). Asam oksalat adalah zat padat, halus, putih, larut baik dalam air. Asam oksalat adalah asam divalen dan pada titrasinya selalu sampai terbentuk garam normalnya. Berat ekiuvalen asam oksalat adalah 63. Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang konsentrasinya harus ditentukan dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer. Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan sebagai larutan baku sekunder adalah NaOH. Larutan NaOH tergolong dalam larutan baku sekunder yang bersifat basa. Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. NaOH bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbondioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. NaOH juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. NaOH tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non polar lainnya (Hidayati, 2009).
Pada penentuan asam cuka ini dilakukan titrasi alkalimetri di mana reaksi yang terjadi adalah reaksi netralisasi. Alat yang digunakan dalam titrasi adalah buret. Namun hidroksida digunakan standar pada titrasi alkalimetri didasarkan pada pertimbangan bahwa NaOH mudah diperoleh dan relatif lebih murah. Namun demikian, NaOH merupakan zat yang mudah terkontaminasi, bersifat higroskopis sehingga menarik uap air dari udara dan juga mudah bereaksi dengan CO2 dalam udara. Kedua proses ini menyebabkan penimbangan sejumlah tertentu NaOH tidak akan memberikan kepastian berat yang sesungguhnya, karena jumlah air dan CO2 yang diserap oleh NaOH tidak diketahui dengan pasti. Hal ini mengakibatkan konsentrasi NaOH yang dihasilkan juga tidak tepat (Khopkar, 2003).

BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali yaitu:
1.    Labu ukur, digunakan uutuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dan juga digunakan untuk mengencerkan larutan.
2.    Buret, digunakan untuk mengeluarkan larutan dengan volume tertentu.
3.    Erlenmeyer, digunakan untuk menyimpan dan memanaskan larutan.
4.    Pipet ukur, digunakan untuk mengukur dan memindahkan larutan dengan volume tertentu secara tepat.
5.    Gelas beker, digunakan sebagai tempat larutan dan  juga dapat  digunakan juga untuk memanaskan larutan.
6.    Pipet eppendorf, digunakan untuk memipet cairan.
7.    Botol pencuci, digunakan untuk mencuci atau membantu pada saat pengenceran.
8.    Statip, suatu alat yang terpasang pada buret.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu:
1.    Akuades, digunakan sebagai pencuci alat-alat laboratorium.
2.    NaOH 0,1 ml digunakan untuk menentukan molaritas NaOH.
3.    Asam Oksalat, digunakan untuk menentukan molaritas NaOH.
4.    NaOH 0,5 ml digunakan untuk menentukan kadar asam cuka perdagangan.
5.    Asam cuka perdagangan, digunakan untuk menentukan kadar asam cuka.
6.    Indikator pp, digunakan sebagai bahan campuran larutan.

Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin pukul 16:50-selesai tanggal 14 Desember 2015, bertempat di Laboratorium Fisika Kimia Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.

Prosedur Kerja
a.    Pembuatan Larutan Standar
1)   Ditimbang sejumlah 1,26 gr asam oksalat, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambah dengan air suling hingga volume tepat 100 ml.
2)   Timbang berat botol dan isinya dengan teliti pada neraca analitik.
3)   Pindahkan isi botol timbangan ke dalam gelas piala 250 ml yang bersih.
4)   Timbang kembali botol yang berisi sisa zat yang telah dipindahkan pada langkah (3). Berat zat yang dipindahkan dapat dihitung dari selisih berat pada langkah (2) dan (4) ini.
5)   Larutan zat dalam gelas pala dengan sejumlah kecil air bebas ion (akuades). Pindahkan larutan dari gelas piala ke dalam labu ukur 100 ml menggunakan corong kecil.
6)   Cuci baik-baik gelas piala dengan semprotan air sedikit-sedikit, dan kumpulkan air cuciannya ke dalam labu ukur.
7)   Cuci corong juga dengan semprotan sedikit air, dan angkat dari labu ukur.
8)   Menggunakan akuades tetapkan volume larutan sampai tanda batas dasar miniskus tepat pada garis graduasi.
9)   Tutup labu ukur dan kocok.
b.   Penentuan Molaritas NaOH
1)   Satu buret disiapkan dan dicuci, diisi larutan asam oksalat yang telah disiapkan.
2)   Masukkan 10 ml larutan NaOH ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet eppendorf, ditambah 1-2 tetes indikator pp, kemudian dititrasi dengan larutan asam oksalat hingga warna merah jambu hilang.
c.    Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan
1)   Diambil 10 ml larutan cuka perdagangan dengan pipet tetes, kemudian dimasukkan dalam labu ukur kapasitas 100 ml dan diencerkan hingga volume 100 ml.
2)   Diambil 10 ml larutan encer (1), dimasukkan ke dalam erlenmeyer ukuran 125 ml atau 250 dan ditambah 2 tetes indikator pp.
3)   Larutan ini dititrasi dengan larutan NaOH standar hingga terjadi perubahan warna.
4)   Setelah selesai buret harap dicuci dengan asam pencuci (sisa asam asetat perdagangan).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Penentuan molaritas NaOH

Titrasi
Volume NaOH
10 ml
Volume H2C2O4.2H2O
4,6 ml
Molaritas NaOH
0,46 ml
Kadar asam oksalat
1 M

Tabel 2. Penetapan kadar asam cuka perdagangan (DIXI)

Titrasi
Skala awal buret
0 ml
Skala akhir buret
9,7 ml
Volume larutan NaOH (ml)
10 ml
Kadar asam cuka
47,42 %

Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan analisa kuantitatif untuk menstandarisasi larutan baku sekunder dengan larutan baku primer. Dimana pada percobaan kali ini larutan baku sekunder yang akan digunakan adalah NaOH 0,1 M (natrium hidroksida) dan larutan baku primer H2C2O4 2H2O (asam oksalat). Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa telah terjadi reaksi asam basa antara asam oksalat (sebagai asam lemah) dan NaOH (sebagai basa kuat).
Perubahan yang terjadi pada proses penitrasian ini adalah berubah menjadi warna merah muda yang konstan dari warna asal mula bening. Perubahan warna ini terjadi karena telah tercapainya titik ekiuvalen.
Hasil percobaan larutan asam oksalat ( larutan sekunder) dengan larutan NaOH (larutan primer) dimana pada percobaan tersebut larutan NaOH dengan volume 10 ml dengan ditambahkan indikator pp 1-2 tetes yang awal larutan berwarna merah jambu setelah dititrasi dengan dengan asam oksalat dengan volume larutan 4,6 larutan tersebut menjadi berwarna putih bening dan setelah dihitung molaritas larutan NaOH maka didapat hasil 0,46 ml. Hasil reaksinya yaitu:
CH3COOH(aq) + NaOH (aq) > CH3COONa(aq) + H2O(L)
Cara mencari molaritas NaOH yaitu:
V1 . M1 = V2 . M2
10  .   1  = 4,6 . M2
10 = 4,6 . M2
M2 = 
M2 = 0,46 ml
Percobaan dengan NaOH sebagai larutan sekunder dan asam cuka perdagangan sebagai larutan primer dimana larutan NaOH dengan volume 10 ml dititrasi dengan asam cuka perdagangan dengan volume larutan 100 ml karena sudah diencerkan, pada titrasi tersebut larutan yang berwarna putih berubah menjadi warna merah muda, sehingga didapat skala akhir buret 9,7 ml dan hasil perhitungan untuk menentukan kadar asam cuka didapat hasil 47,42 %. Hasil reaksinya yaitu:
C2H2O4 2H2O + 2NaOH → Na2C2O4 + 2H2O
Cara mencari kadar asam cuka perdagangan yaitu:
M =    CH3COOH
    =
    =
    = 47,42 %







KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu:
1.        Standarisasi yang dilakukan pada percobaan bertujuan untuk menentukan konsentrasi dari larutan standar.
2.        Pada penentuan konsentrasi NaOH didapatkan hasil molaritas NaOH 0,46 ml dan perubahan warna terjadi dari warna merah muda menjadi warna putih bening.
3.        Hasil kadar asam cuka perdagangan didapatkan 47,42 % dan perubahan warna terjadi dari warna putih bening menjadi warna merah muda.

Saran
Selalu memperhatikan kebersihan dan kehati-hatian sangatlah penting untuk dilakukan karena bahan kimia yang ada dalam praktikum akan bisa menjadi berbahaya bagi para praktikan.


DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, A. 2009. Petunjuk Praktikum Dasar Kimia Analitik. Semarang: Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Purba, M. 1995. Ilmu Kimia untuk SMU Kelas 2 Jilid 2A. Jakarta: Erlangga.
Selamat, N. 2002. Kimia Analitik Kuantitatif. Yogyakarta: IKIP N Singaraja.
Shochichah. 2010. Standarisasi Larutan NaOH dan Penentuan Asam Cuka Perdagangan. Jakarta: Erlangga.

Soma, W. 2004. Panduan Belajar Kimia Kelas XI semester 2 Program Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta: Erlangga.

Sutresna, N. 2003. Pintar Kimia Jilid 3 untuk SMU Kelas 3. Jakarta: Ganeca Exact.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar