Latar Belakang
Asidimetri dan alkalimetri termasuk
reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi
proton (asam) dengan penerima proton (basa). Asidimetri merupakan penetapan
kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan
menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan kadar
senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa (Shochichah,
2010).
Titrasi asam-basa dapat memberikan
titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator
bila pH pada titik ekiuvalen antara 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi
akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah jika pentitrasian adalah basa atau
asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 10.
Selama titrasi asam-basa , pH larutan berubah secara khas, pH berubah secara
dratis bila volume titrasinya mencapai titik ekivalen (Purba, 1995).
Analisa titrimetri
atau analisa volumetrik adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu
zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui
konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan
standar tersebut berlangsung secara kuantitatif. Larutan baku (standar) adalah
larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya
biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas). Indikator
adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
Umumnya indikator yang digunakan adalah indikator azo dengan warna yang
spesifik pada berbagai perubahan pH. Titik ekuivalen adalah titik dimana
terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan
larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan
warna pada indikator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang
dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu
dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan
titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa
(Soma, 2004).
Baku primer adalah bahan dengan
kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan larutan standar misalnya arsen
trioksida pada pembakuan larutan iodium. Baku sekunder adalah bahan yang telah
dibakukan sebelumnya oleh baku primer, dan kemudian digunakan untuk membakukan
larutan standar, misalnya larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan
iodium. Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai
titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar
larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran
ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya
secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut
sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi
dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai
keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi
titer maka kita bisa menghitung kadar titran (Sutresna, 2003).
Tujuan
Adapun tujuan
praktikum ini adalah untuk menentukan molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat
dan menetapkan kadar asam cuka
perdagangan.
TINJAUAN PUSTAKA
Kesetimbangan
asam basa sebagai dasar metode asidimetri-alkalimetri
merupakan topik yang sangat penting dalam kimia maupun bidang pertanian,
biologi, dan obat-obatan. Titrasi asam basa merupakan teknik yang sangat banyak
digunakan untuk menetapkan secara tepat konsentrasi asam atau basa dari suatu
larutan, sebagai informasi
yang banyak dibutuhkan. Titrasi adalah pengukuran volume suatu larutan dari
suatu reaktan yang dibutuhakn untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah tertentu
lainnya. Dalam titrasi asam
basa, jumlah relatif asam dan
basa yang diperlukan untuk
mencapai
titik ekuivalen ditentukan
oleh perbandingan mol asam (H+) dan
basa (OH-) yang bereaksi. Asam
asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki
rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali
ditulis dalam bentuk CH3COOH atau CH3CO2H. Asam
asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak
berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C.
Asam
asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam
format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya
hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan
pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Dalam industri makanan,
asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman (Selamat, 2002).
Pada percobaan kali ini larutan yang
digunakan sebagai larutan baku primer adalah H2C2O4.
2H2O (asam oksalat). Asam oksalat adalah zat padat, halus, putih,
larut baik dalam air. Asam oksalat adalah asam divalen dan pada titrasinya
selalu sampai terbentuk garam normalnya. Berat ekiuvalen asam oksalat adalah
63. Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang konsentrasinya harus
ditentukan dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer. Pada percobaan
kali ini larutan yang digunakan sebagai larutan baku sekunder adalah NaOH.
Larutan NaOH tergolong dalam larutan baku sekunder yang bersifat basa. Natrium
hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, adalah sejenis basa logam
kaustik. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika
dilarutkan ke dalam air. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan
tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. NaOH
bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbondioksida dari udara
bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan.
NaOH juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua
cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. NaOH tidak larut dalam dietil
eter dan pelarut non polar lainnya (Hidayati, 2009).
Pada penentuan
asam cuka ini dilakukan titrasi alkalimetri di mana reaksi yang terjadi adalah
reaksi netralisasi. Alat yang digunakan dalam titrasi adalah buret. Namun hidroksida
digunakan standar pada titrasi alkalimetri didasarkan pada pertimbangan bahwa
NaOH mudah diperoleh dan relatif lebih murah. Namun demikian, NaOH merupakan
zat yang mudah terkontaminasi, bersifat higroskopis sehingga menarik uap air
dari udara dan juga mudah bereaksi dengan CO2 dalam udara. Kedua
proses ini menyebabkan penimbangan sejumlah tertentu NaOH tidak akan memberikan
kepastian berat yang sesungguhnya, karena jumlah air dan CO2 yang
diserap oleh NaOH tidak diketahui dengan pasti. Hal ini mengakibatkan konsentrasi NaOH yang
dihasilkan juga tidak tepat
(Khopkar, 2003).
BAHAN
DAN METODE
Alat
dan Bahan
Alat
Alat-alat
yang digunakan dalam praktikum kali yaitu:
1.
Labu ukur, digunakan uutuk membuat
larutan dengan konsentrasi tertentu dan juga
digunakan untuk mengencerkan larutan.
2.
Buret, digunakan untuk mengeluarkan
larutan dengan volume tertentu.
3.
Erlenmeyer, digunakan
untuk menyimpan dan memanaskan larutan.
4.
Pipet ukur, digunakan
untuk mengukur dan memindahkan larutan dengan volume tertentu secara tepat.
5.
Gelas beker, digunakan sebagai tempat larutan
dan juga dapat digunakan juga untuk memanaskan larutan.
6.
Pipet eppendorf,
digunakan untuk memipet cairan.
7.
Botol pencuci, digunakan untuk mencuci atau membantu pada saat
pengenceran.
8.
Statip, suatu alat yang
terpasang pada buret.
Bahan
Bahan
yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu:
1. Akuades,
digunakan sebagai pencuci alat-alat laboratorium.
2. NaOH 0,1 ml digunakan untuk
menentukan molaritas NaOH.
3. Asam
Oksalat, digunakan untuk
menentukan molaritas NaOH.
4. NaOH 0,5 ml digunakan untuk menentukan kadar asam cuka
perdagangan.
5. Asam
cuka perdagangan, digunakan untuk menentukan kadar asam cuka.
6. Indikator
pp, digunakan sebagai bahan campuran larutan.
Waktu
dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari senin pukul 16:50-selesai tanggal 14 Desember 2015,
bertempat di Laboratorium Fisika Kimia Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Prosedur
Kerja
a.
Pembuatan
Larutan Standar
1) Ditimbang
sejumlah 1,26 gr asam oksalat, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan
ditambah dengan air suling hingga volume tepat 100 ml.
2) Timbang berat botol dan isinya dengan teliti pada
neraca analitik.
3) Pindahkan isi botol timbangan ke dalam gelas piala
250 ml yang bersih.
4) Timbang kembali botol yang berisi sisa zat yang
telah dipindahkan pada langkah (3). Berat zat yang dipindahkan dapat dihitung
dari selisih berat pada langkah (2) dan (4) ini.
5) Larutan zat dalam gelas pala dengan sejumlah kecil
air bebas ion (akuades). Pindahkan larutan dari gelas piala ke dalam labu ukur
100 ml menggunakan corong kecil.
6) Cuci baik-baik gelas piala dengan semprotan air
sedikit-sedikit, dan kumpulkan air cuciannya ke dalam labu ukur.
7) Cuci corong juga dengan semprotan sedikit air, dan
angkat dari labu ukur.
8) Menggunakan akuades tetapkan volume larutan sampai
tanda batas dasar miniskus tepat pada garis graduasi.
9) Tutup labu ukur dan kocok.
b.
Penentuan
Molaritas NaOH
1) Satu
buret disiapkan dan dicuci, diisi larutan asam oksalat yang telah disiapkan.
2) Masukkan
10 ml larutan NaOH ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet eppendorf,
ditambah 1-2 tetes indikator pp, kemudian dititrasi dengan larutan asam oksalat
hingga warna merah jambu hilang.
c.
Penetapan
Kadar Asam Cuka Perdagangan
1) Diambil
10 ml larutan cuka perdagangan dengan pipet tetes, kemudian dimasukkan dalam
labu ukur kapasitas 100 ml dan diencerkan hingga volume 100 ml.
2) Diambil
10 ml larutan encer (1), dimasukkan ke dalam erlenmeyer ukuran 125 ml atau 250
dan ditambah 2 tetes indikator pp.
3) Larutan
ini dititrasi dengan larutan NaOH standar hingga terjadi perubahan warna.
4) Setelah
selesai buret harap dicuci dengan asam pencuci (sisa asam asetat perdagangan).
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Penentuan molaritas NaOH
|
Titrasi
|
Volume NaOH
|
10 ml
|
Volume H2C2O4.2H2O
|
4,6 ml
|
Molaritas NaOH
|
0,46 ml
|
Kadar asam oksalat
|
1 M
|
Tabel
2. Penetapan kadar asam cuka perdagangan (DIXI)
|
Titrasi
|
Skala awal buret
|
0 ml
|
Skala akhir buret
|
9,7 ml
|
Volume larutan NaOH (ml)
|
10 ml
|
Kadar asam cuka
|
47,42 %
|
Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan
analisa kuantitatif untuk menstandarisasi larutan baku sekunder dengan larutan
baku primer. Dimana pada percobaan kali ini larutan baku sekunder yang akan
digunakan adalah NaOH 0,1 M (natrium hidroksida) dan larutan baku primer H2C2O4
2H2O (asam oksalat). Berdasarkan
hasil percobaan dapat diketahui bahwa telah terjadi reaksi asam basa antara
asam oksalat (sebagai asam lemah) dan NaOH (sebagai basa kuat).
Perubahan yang terjadi pada proses
penitrasian ini adalah berubah menjadi warna merah muda yang konstan dari warna
asal mula bening. Perubahan warna ini terjadi karena telah tercapainya titik
ekiuvalen.
Hasil
percobaan larutan asam oksalat ( larutan sekunder) dengan larutan NaOH (larutan
primer) dimana pada percobaan tersebut larutan NaOH dengan volume 10 ml dengan
ditambahkan indikator pp 1-2 tetes yang awal larutan berwarna merah jambu
setelah dititrasi dengan dengan asam oksalat dengan volume larutan 4,6 larutan
tersebut menjadi berwarna putih bening dan setelah dihitung molaritas larutan
NaOH maka didapat hasil 0,46 ml.
Hasil reaksinya yaitu:
CH3COOH(aq)
+ NaOH (aq) > CH3COONa(aq) + H2O(L)
Cara
mencari molaritas NaOH yaitu:
V1 . M1 = V2
. M2
10
. 1 = 4,6 . M2
10 = 4,6 . M2
M2 =
M2 = 0,46 ml
Percobaan
dengan NaOH sebagai larutan sekunder dan asam cuka perdagangan sebagai larutan
primer dimana larutan NaOH dengan volume 10 ml dititrasi dengan asam cuka
perdagangan dengan volume larutan 100 ml karena sudah diencerkan, pada titrasi
tersebut larutan yang berwarna putih berubah menjadi warna merah muda, sehingga
didapat skala akhir buret 9,7 ml dan hasil perhitungan untuk menentukan kadar
asam cuka didapat hasil 47,42 %.
Hasil reaksinya yaitu:
C2H2O4
2H2O + 2NaOH → Na2C2O4 + 2H2O
Cara mencari kadar asam cuka perdagangan yaitu:
M =
CH3COOH
=
=
= 47,42 %
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu:
1.
Standarisasi yang dilakukan pada
percobaan bertujuan untuk menentukan konsentrasi dari larutan standar.
2.
Pada penentuan konsentrasi NaOH
didapatkan hasil molaritas NaOH 0,46 ml dan perubahan
warna terjadi dari warna merah muda menjadi warna putih bening.
3.
Hasil kadar asam cuka perdagangan
didapatkan 47,42 % dan perubahan warna terjadi dari warna
putih bening menjadi warna merah muda.
Saran
Selalu
memperhatikan kebersihan dan kehati-hatian sangatlah penting untuk dilakukan
karena bahan kimia yang ada dalam praktikum akan bisa menjadi berbahaya bagi
para praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, A.
2009. Petunjuk Praktikum Dasar Kimia Analitik. Semarang: Tadris Kimia Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo.
Khopkar,
S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik.
Jakarta: UI Press.
Purba, M. 1995. Ilmu Kimia untuk SMU Kelas 2 Jilid
2A. Jakarta: Erlangga.
Selamat,
N. 2002. Kimia Analitik Kuantitatif. Yogyakarta: IKIP N Singaraja.
Shochichah. 2010. Standarisasi Larutan NaOH dan Penentuan Asam
Cuka Perdagangan. Jakarta: Erlangga.
Soma, W.
2004. Panduan Belajar Kimia Kelas XI semester 2 Program Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta:
Erlangga.
Sutresna, N.
2003. Pintar Kimia Jilid 3 untuk SMU Kelas 3. Jakarta: Ganeca Exact.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar